CERITA HANTU

Cerita Hantu Tukang Cendol Gentayangan

Pada postingan kali ini saya akan menceritakan sebuah cerita hantu yang sangat seram yang dialami oleh Mang Ajat, teman ronda malam Jumat penulis bersama dua orang temannya. Yuk langsung saja kita simak ceritanya.

*****

Seperti biasa, kala sedang ngeronda, Mang Ajat sering menceritakan pengalaman seramnya waktu ia bertemu dengan hal-hal gaib atau hantu. Malam itu pun di pos ronda Mang Ajat bercerita ketika ia bertemu hantu tukang cendol gentayangan yang sangat menakutkan. Begini cerita lengkapnya…..

Cerita Hantu Ronda Malam Jumat
Ronda Malam Jumat

Saat itu sekitar tahun 90an, dimana Mang Ajat waktu itu masih bujangan. Mang Ajat kala itu bekerja di sebuah pabrik tempe milik tetangganya di kampung.

Hari itu Mang Ajat kebagian kerja lembur hingga malam hari. Karena pesanan tempe cukup banyak, maka belakangan ini Mang Ajat bekerja rada sibuk, bahkan sampai sering kerja lembur. Pekerjaan Mang Ajat di pabrik tempe yaitu bagian membuat dan mencetak tempe, dibantu dengan 2 orang lainnya, yaitu Mang Mimin di bagian perebusan kacang kedelai, dan Mang Hodis di bagian pembungkusan dan packing.

Malam itu kebetulan malam Jumat, udara cukup panas kala itu. Mungkin karena saat itu hujan tak kunjung turun walaupun dari sejak sore langit sudah tampak diselimuti awan mendung. Tepat jam 12 malam, Mang Ajat dan kedua rekannya sudah menyelesaikan pesanan tempe dari bos mereka. Rencananya tempe-tempe tersebut akan diambil oleh pembeli besok pagi.

Setelah menutup dan mengunci pintu pabrik, mereka bertiga pun berjalan keluar dari areal pabrik bermaksud untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka bertiga tidak membawa kendaraan, karena jarak rumah ke pabrik memang tidak begitu jauh, jadi cukup hanya ditempuh dengan jalan kaki saja.

Karena kebetulan rumah mereka bertiga masih satu RT, maka mereka pun pulang bareng menyusuri jalan kampung yang saat itu sudah sangat sepi, maklum tengah malam, semua orang sudah lelap tertidur.

“Bro, mampir dulu ke warung Mak Icih yuk… Haus banget nih ane… Sapa tau masih ada minuman dingin disana…”, celetuk Mang Ajat.

Kedua temannya pun setuju. Mereka terus berjalan menuju ke arah selatan. Tepat sebelum belokan jalan, di sana ada sebuah warung yang sering buka sampai larut malam, yaitu warung Mak Icih. Mak icih adalah seorang wanita yang sudah lama menjanda karena ditinggal mati oleh suaminya, Bah Juha. Mak Icih membuka warung nasi, kopi serta cemilan di kampung kami. Warung Mak Icih berada bersebelahan dengan pos ronda tempat penulis dan Mang Ajat sekarang meronda. Dan hingga saat ini Mak Icih masih tetap berjualan walaupun di usianya yang sudah senja. Posisi warung Mak Icih berada di pinggir jalan kampung yang di seberangnya terdapat areal pesawahan luas milik warga.

Tibalah mereka di depan warung Mak Icih, namun sayangnya warungnya saat itu sudah tutup, tidak seperti biasanya. Mungkin karena sudah terlalu larut. Dengan sedikit kecewa, mereka pun lanjut berjalan untuk pulang ke rumah. Sampai ketika mereka tiba di belokan jalan…..

“Eh Jat, tuh ada yang jualan…..”, ucap Mang Mimin sambil nunjuk ke arah depan.

“Yang bener aja ya, masak sih jualan tengah malam gini?”, timpal Mang Hodis sambil melihat ke arah yang ditunjuk Mang Mimin.

Benar saja, di ujung belokan jalan, tepatnya di bawah sebuah pohon mangga besar, di sana terlihat seseorang sedang berdiri sambil sesekali membunyikan sebuah lonceng kecil gemerincing di tangannya. Ya, ciri khas tukang cendol ketika berjualan kala itu. Di hadapannya terdapat sebuah pikulan tempat cendol, lengkap beberapa toples untuk gula, santan, cincau dan termos es. Di atas pikulan sebelah kiri, berdiri sebatang lilin yang menyala redup.

Dengan rasa penasaran, mereka bertiga lanjut berjalan mendekati tukang cendol tersebut, yang ternyata seorang lelaki paruh baya dengan pakaian sederhana dan memakai topi. Wajahnya tidak terlihat jelas saat itu karena gelap dan dia terus menunduk.

“Kebetulan dari tadi haus banget ane, pengen yang dingin-dingin euy. Gerah banget nih…..”, ucap Mang Ajat sambil berjalan menghampiri tukang cendol itu.

Tanpa rasa curiga, akhirnya mereka pun memesan 3 gelas cendol saat itu.

*****

Malam semakin larut dan sepi, namun udara semakin gerah saat itu. Mereka bertiga sedang asyik menikmati segelas cendol segar dingin di belokan jalan kampung di tepi sawah. Sampai…..

“Eh ngomong-ngomong, kok jualannya cendolnya tengah malam sih Mang? Emang asal dari mana Mang? Perasaan saya baru liat…”, celetuk Mang Hodis bertanya, sambil mulutnya asyik menyeruput cendol yang manis.

“Iya Mang, emangnya jualan jam segini ada yang mau beli? Gak takut ketemu hantu gitu? Hiiiy serem…!!!”, timpal Mang Ajat sambil becanda.

Namun si tukang cendol tidak menjawab, ia masih tetap saja menunduk di depan pikulannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Hingga….

“Eh ini apa ya?”, ucap Mang Mimin sambil mengangkat sendok seraya memperhatikannya.

Mang Mimin terperangah saat tau bahwa yang ada di sendoknya itu bukanlah cendol, tetapi tampak sesuatu yang bergerak-gerak.

Dan setelah diperhatikan… ASTAGA…!!! Ternyata itu sejenis belatung besar berwarna hijau yang terlihat sangat menjijikan. Mang Mimin kemudian melihat ke gelas cendolnya. Ternyata semua isinya adalah belatung juga, yang tampak besar-besar bergerak-gerak di dalam gelas.

Sontak Mang Mimin pun berkata…..

“Eh Mang, kok di gelas saya banyak belatungnya? Ini apa maksudnya?”, ucap Mang Mimin setengah membentak.

Mang Ajat dan Mang Hodis berhenti makan cendolnya yang kala itu sudah hampir habis. Mereka lalu menengok ke arah Mang Mimin.

“Kenapa Min”?, tanya Mang Ajat ikut terkaget.

“Coba perhatikan dengan baik di gelas kalian! Punya ane kok isinya jadi belatung semua!”, tukas Mang Mimin sambil melihat ke arah gelas Mang Ajat.

“Masa iya sih…”, timpal Mang Hodis.

Mereka lalu melihat ke dalam gelasnya. Dan benar saja, yang tadinya cendol, isinya kini berubah menjadi belatung hijau yang menjijikan.

Sontak Mang Ajat mengambil senter lalu menyorotkannya tepat ke arah wajah si tukang cendol. Dan…..

Mereka semuanya terbelalak kaget saat melihat wajah tukang cendol yang hancur. Matanya hilang sebelah dengan wajah yang penuh luka, dan dari sela-sela lukanya itu keluar belatung-belatung berwarna hijau yang sebagian berjatuhan ke tanah. Bibirnya tampak sobek hingga terlihat jelas barisan giginya. Darah segar terus menetes dari dalam mulutnya.

Hantu Tukang Cendol Gentayangan
Ilustrasi Hantu Tukang Cendol Gentayangan

Sadar yang mereka temui bukanlah manusia, akhirnya mereka mengambil langkah seribu. Mereka berlari sambil berteriak… “HANTUUU…!!!”.

Namun nasib sial bagi Mang Ajat. Karena saking takut dan terburu-buru, ia tersandung batu yang berada di pinggir jalan dan akhirnya jatuh tersungkur. Namun ketika dia hendak berdiri lagi, tiba-tiba Mang Ajat merasakan sesuatu yang dingin di pergelangan kakinya. Dan ketika dilihat…

ASTAGA…!!! TERNYATA SI TUKANG CENDOL TADI YANG MEMEGANG ERAT KAKI MANG AJAT. POSISINYA KINI BERBARING TELUNGKUP DI JALAN. TANGAN KANANNYA MENJULUR MEMEGANG KAKI MANG AJAT, SERAYA TERLIHAT BIBIRNYA INGIN MENGUCAPKAN SESUATU.

“To… long sa… ya…..”, ucapan lirih hantu tukang cendol yang didengar oleh Mang Ajat sebelum semuanya menjadi gelap.

*****

Paginya, Mang Ajat barulah siuman setelah semalaman pingsan di tepi jalan. Saat itu Mang Ajat dikerumuni beberapa orang tetangganya. Mereka penasaran ingin mengetahui kejadian sebenarnya.

Mang Ajat pun lalu menceritakan kejadian yang dialami semalam bersama 2 orang temannya. Salah satu tetangganya kemudian bercerita perihal hantu tukang cendol gentayangan tersebut.

Dan ternyata si tukang cendol tersebut adalah seorang lelaki paruh baya yang berasal dari kampung sebelah. Namanya Mang Jaja. Beberapa bulan terakhir beliau memulai usaha jualan cendol keliling setelah sebelumnya mengalami kebangkrutan saat ia jualan bakso. Beliau kerap berjualan hingga larut malam, sasarannya adalah para peronda, para pemuda yang suka nongkrong serta tukang ojek. Beliau berjualan hingga larut itu demi membiayai anaknya yang sering sakit-sakitan dan harus terus kontrol berobat. Perekonomian keluarganya yang murat-marit itu membuat Mang Jaja harus kerja keras demi untuk menyambung hidup.

Hingga pada suatu malam…

Saat itu sudah hampir subuh, Mang Jaja baru saja beres berjualan dan bermaksud pulang ke rumahnya. Wajahnya tampak sedikit berseri karena kebetulan saat itu cendolnya laku habis terjual. Namun ketika ia berjalan menyusuri jalan desa, dari arah barat tiba-tiba sebuah mobil bak tua melaju kencang dengan cahaya lampu depannya yang redup. Cuaca memang agak mendung dan cukup berkabut kala itu. Sang supir mobil itu nampak terburu-buru mengemudikan kendaraannya hingga dia tidak melihat ada seseorang berjalan dengan pikulan di depannya. Dan…..

“BRAAAAAK…!!!”

Terdengar suara cukup keras. Mobil butut itu menabrak sesuatu. Sebuah pikulan cendol kini berserakan di pinggir jalan tepi sawah. Beberapa toples dan gelas nampak pecah berantakan. Sadar dengan keadaan tersebut, si supir bukannya turun untuk menolong, ia malah menginjak pedal gas mobilnya dalam-dalam dan segera kabur dari tempat itu. Saat itu di sana memang cukup sepi, tidak ada seorang pun yang melihat kecelakaan tadi. Tempat kejadian berada di pinggiran desa dekat pesawahan dan masih jauh dari pemukiman warga.

Malang bagi Mang Jaja, tubuhnya yang sedikit agak kurus itu, sekarang tersungkur di selokan tepi sawah. Wajahnya yang tadi nampak berseri, kini telah rusak karena terbentur bebatuan jalan. Dari dalam mulutnya terlihat darah segar menetes tanpa henti. Ya, akibat kecelakan tadi, Mang Jaja akhirnya meregang nyawa di tempat itu.

Usut punya usut, ternyata pengemudi mobil tua tadi adalah salah satu pelanggan tempe di pabrik majikannya Mang Ajat. Pagi itu memang dia hendak mengambil pesanan tempenya. Dia adalah seorang pengepul yang membeli tempe untuk dijual kembali.

*****

Beberapa hari setelah kejadian Mang Ajat dan teman-temannya bertemu dengan hantu tukang cendol gentayangan, tersiar kabar bahwa si pengepul tempe pengemudi mobil bak tua itu meninggal dunia. Di diketemukan tewas mengenaskan di dalam mobilnya yang juga hancur akibat menabrak pohon saat ia hendak pulang dari pasar setelah menjual tempe-tempenya kepada para pedagang. Dan sejak saat itu, hantu tukang cendol jelmaan Mang Jaja tidak pernah menampakkan diri lagi.

SELESAI

*****

Bagaimana, cukup seru dan seram bukan? Oke sekian dulu cerita hantu dari Mang Ajat ini. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari cerita di atas. Akhir kata, semoga terhibur dan jangan lupa baca juga postingan lainnya di blog ini. Sampai jumpa di cerita hantu berikutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *